Monday, July 9, 2012

contoh makalah Multiple Sklerosis


KATA PENGANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Segala puji dan syukur kehazirat Allah yang mana oleh allah telah memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kita selaku penyusun telah dapat menyusun sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sklerosis Multiple dan Myasteria Grafis” Isi makalah ini merupakan hasil pengamatan saya Mahasiswa Keshatan. Yaitu dengan mengendalikan membaca buku-buku pustaka yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Sklerosis Multiple dan Myasteria Grafis. Saya selaku penyusun menyadari bahwa hasil makalah ini masih sangat jauh dari kesampurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran-saran dari semua Mahasiswa kususnya dan seluruh para pembaca pada umumnya, demi kebaikan dan kemeslahatan di masa yang akan datang. Terima kasih saya ucapkan kepada Guru pembimbing yang kami hormati, selaku pendidik yang telah memberikan arahan dan saran-saran dalam melakukan tugas ini. Dan juga dapat di jadikan pedoman tambahan bagi siswa maupun siswi khususnya. Lhokseumawe, / 2011 P e n y u s u n DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………….….……. 1 DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…. 2 BAB I : PENDAHULUAN……………………………………................. 3 a. Latar Belakang Masalah……………………………. ……..….. 3 b. Tujuan Pembahasan……………………………………………. 3 BAB II PEMBAHASAN 4 1. Pengertian Multiple Sklerosis 4 A. Definisi 4 B. Penyebab/Etiologi 5 C. Tipe-Tipe Dari Multiple Sclerosis 5 D. Gejala-Gejala Multiple Sclerosis 6 E. Mendiagnosis Multiple Sclerosis 7 F. Manifestasi Klinis 8 G. Pemeriksaan diagnostic 9 H. Penatalaksanaan 9 2. Penatalaksanaan Medis 10 A. Farmakoterapi 10 B. Defekasi dan berkemih 10 C. Komplikasi 11 3. Konsep Asuhan Keperawatan 11 1. Pengkajian 11 2. Data Dasar 12 3. Pengolompokan Data 12 A. Myasteria Grafis 16 B. Tanda Dan Gejala 16 BAB III PENUTUP 18 A. Kesimpulan 18 B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Degeneratif adl. Perubahan morfologi akibat cedera non lethal, bersifat reversible, bila berlangsung lama dan derajatnya berat dapat menimbulkan kematian sel dan tempatnya digantikan oleh jaringan penunjang dan fibrotik sehingga menimbulkan penurunan fungsi. Karakteristik penyakit degeneratif : 1. Dimulai secara tersembunyi 2. Berjalan lambat 3. Menurun secara progresif 4. Berlangsung lama B. Tujuan Pembahasan Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu : 1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KMB I 2. Agar lebih mengetahui tentang penyakit Multiple Sklerosis 3. 3. Agar lebih mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap klien yang mengalami Multiple Sklerosis BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Multiple Sklerosis A. Definisi Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis, peradangan menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan, menulis, dan ingatan. Kira-kira 350,000 orang-orang di Amerika mempunyai multiple sclerosis. Biasanya, seorang pasien didiagnosis dengan multiple sclerosis berumur antara 20 dan 50 tahun, namun multiple sclerosis telah didiagnosis pada anak-anak dan pada kaum tua. Multiple sclerosis adalah dua kali lebih mungkin terjadi pada Caucasians (orang kulit putih) daripada dalam kelompok lain mana saja. Wanita-wanita adalah dua kali lebih mungkin daripada pria-pria dipengaruhi oleh multiple sclerosis diawal kehidupannya. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material lunak dan protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adl. Substansi putih yang menutupi serabut saraf yang berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory). MS merupakan salah satu gangguan neurologik yang menyerang usia muda sekitar 18-40 tahun. Insidens terbanyak terjadi pada wanita. B. Penyebab/Etiologi Penyebab dari multiple sclerosis masih belum diketahui. Pada 20 tahun terakhir, peneliti-peneliti telah memusat (fokus) pada kelainan-kelainan dari sistim imun dan genetik-genetik untuk penjelasan-penjelasan. Sistim imun adalah pertahanan tubuh dan adalah sangat terorganisasi dan teratur. Jika terpicu oleh suatu penyerang (agresor) atau obyek asing, sistim imun menyusun suatu tindakan pertahanan yang mengidentifikasi dan menyerang penyerbu dan kemudian menarik diri. Proses ini tergantung pada komunikasi yang cepat diantara sel-sel imun dan produksi dari sel-sel yang dapat menghancurkan pengganggu. Pada multiple sclerosis, peneliti-peneliti mencurigai bahwa suatu agent asing seperti suatu virus merubah sistim imun sehingga sistim imun merasa myelin sebagai suatu pengganggu dan menyerangnya. Serangan oleh sistim imun pada jaringan-jaringan yang seharusnya melindungi disebut autoimmunity, dan multiple sclerosis dipercayai adalah suatu penyakit dari autoimmunity. Dimana beberapa dari myelin mungkin diperbaiki setelah penerangan, beberapa dari myelin menghilang dan syaraf-syaraf dilepaskan dari penutup ini (menjadi demyelinated). Luka parut juga terjadi, dan material disimpan kedalam luka-luka parut dan membentuk plak-plak (plaques). Penyebab SM tidak diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kerusakan myelin merupakan kejadian primer dan dapat juga diakibatkan oleh infeksi virus pada awal kehidupan yang terlihat sebagai suatu proses imun pada kehidupan selanjutnya. Walau beberapa bentuk bentuk infeksi virus mungkin merupakan mekanisme awal, namun respon imun yang tidak efektif diperkirakan mempunyai dalam patogenesis SM. Ada beberapa factor pencetus, antara lain : - Kehamilan - Infeksi yang disertai demam - Stress emosional - Cedera C. Tipe-Tipe Dari Multiple Sclerosis Ada manifestasi-manifestasi klinik yang berbeda dari multiple sclerosis. Sewaktu suatu serangan, seorang pasien mengalami suatu keburukan yang mendadak dalam kemampuan-kemampuan fisik yang normal yang mungkin mencakup dari ringan sampai berat/parah. Serangan ini, adakalanya dirujuk sebagai suatu pembusukan dari multiple sclerosis, secara khas berlangsung lebih dari 24 jam dan umumnya lebih dari beberapa minggu (jarang lebih dari empat minggu). Kira-kira 65-80% dari pasien-pasien mulai dengan Relapsing-Remitting (RR) MS, tipe yang paling umum. Pada tipe ini, pasien-pasien mengalami suatu rentetan serangan-serangan diikuti oleh kehilangan gejala-gejala (remisi) scara penuh atau sebagian sampai serangan lainnya terjadi (kambuh). Itu mungkin adalah berminggu-minggu sampai berdekade-dekade diantara kekambuhan-kekambuhan. Pada Primary-Progressive (PP) MS, ada suatu kemunduran berangsur-angsur yang terus menerus pada kemampuan-kemampuan fisik seorang pasien dari permulaan daripada kekambuhan-kekambuhan. Kira-kira 10%-20% dari pasien-pasien mulai dengan PP-MS. Pasien-passien yang mulai dengan RR-MS dapat kemudian memasuki suatu fase dimana kekambuhan-kekambuhan adalah jarang namun lebih banyak ketidakmampuan berakumulasi, dan dikatakan mempunyai tipe Secondary-Progressive (SP) dari multiple sclerosis. Kira-kira 50% dari pasien-pasien RR-MS akan mengembangkan SP-MS dalam 10 tahun. Progressive-Relapsing (PR) MS adalah suatu tipe dari multiple sclerosis yang dikarakteristikan oleh suatu kemunduran yang terus menerus pada kemampuan-kemampuan yang ditemani oleh serangan-serangan sporadis (sekali-sekali). Ada kasus-kasus dari multiple sclerosis yang adalah ringan dan dapat dikenali hanya secara retrospektif setelah bertahun-tahun dan juga kasus-kasus yang jarang dari gejala-gejala multiple sclerosis yang majunya sangat cepat (adakalanya fatal) diketahui sebagai multiple sclerosis malignant atau fulminant (Marburg variant). D. Gejala-Gejala Multiple Sclerosis Gejala-gejala dari multiple sclerosis mungkin tunggal atau berlipat-lipat dan mungkin mencakup dari ringan sampai berat dalam intensitas dan pendek sampai panjang dalam durasi (lamanya). Remisi yang sepenuhnya atau sebagian dari gejala-gejala terjadi awal pada kira-kira 70% dari pasien-pasien multiple sclerosis. • Ganguan-gangguan penglihatan mungkin adalah gejala-gejala pertama dari multiple sclerosis, namun mereka biasanya surut. Seorang pasien mungkin mencatat penglihatan yang kabur, distorsi merah-hijau (color desaturation), atau monocular blindness (kebutaan pada satu mata) yang mendadak. • Kelemahan otot dengan atau tanpa kesulitan-kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan mungkin terjadi awal. • Kejang-kejang otot, kelelahan, mati rasa, dan nyeri kesemutan adalah gejala-gejala yang umum. • Mungkin ada suatu kehilangan sensasi, kesukaran berbicara, gemetaran-gemetaran, atau pening. Lima puluh persen dari pasien-pasien mengalami perubahan-perubahan mental seperti: • konsentrasi yang berkurang, • kekurangan-kekurangan perhatian, • beberapa derajat dari kehilangan ingatan (memori), • ketidakmampuan melakukan tugas-tugas secara berurutan, atau • gangguan dalam keputusan/pertimbangan. Gejala-gejala lain mungkin termasuk: • depresi, • depresi maniak, • paranoia, atau • suatu dorongan yang tidak terkontrol untuk tertawa dan menangis. Ketika penyakit memburuk, pasien-pasien mungkin mengalami kelainan fungsi seksual atau kontrol isi perut dan kantong kemih yang berkurang. Panas tampaknya memperhebat gejala-gejala multiple sclerosis untuk kira-kira 60% dari pasien-pasien. Kehamilan tampaknya mengurangi jumlah serangan-serangan. E. Mendiagnosis Multiple Sclerosis Disebabkan oleh batasan yang lebar dan seluk beluk dari gejala-gejala, multiple sclerosis mungkin tidak terdiagnosis untuk berbulan-bulan sampai bertahun-tahun setelah timbulnya gejala-gejala. Dokter-dokter, terutama ahli-ahli syaraf, mengambil sejarah-sejarah yang mendetil dan melaksanakan pemeriksaan-pemeriksaan fisik dan syaraf secara penuh. • MRI (magnetic resonance imaging) scans dengan intravenous gadolinium membantu untuk mengidentifikasi, menggambarkan, dan pada beberapa kejadian-kejadian menanggali luka-luka didalam otak (plaques). • Suatu tes electro-physiological, yang menimbulkan potensial-potensial, menguji impuls-impuls yang berjalan melalui syaraf-syaraf untuk menentukan apakah impuls-impuls bergerak secara normal atau terlalu perlahan. • Akhirnya, pengujian cairan cerebro-spinal yang mengelilingi otak dan spinal cord mungkin mengidentifikasi kimia-kimia (antibodi-antibodi) atau sel-sel abnormal yang menyarankan kehadiran dari multiple sclerosis. Secara bersama-sama, tiga tes-tes ini membantu dokter dalam mengkonfirmasi diagnosis dari multiple sclerosis. Untuk suatu diagnosis yang pasti dari multiple sclerosis , penyebaran dalam waktu (paling sedikit dua kejadian-kejadian simptomatik atau perubahan-perubahan yang terpisah pada MRI) dan dalam ruangan anatomi (contohnya, didalam sistim syaraf pusat) harus ditunjukan. F. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala SM bervariasi dan banyak. Yang menunjukkan lokasi lesi (plak) atau kombinasi lesi – lesi. Gejala primer paling banyak dilaporkan berupa kelelahan, lemah, kesukaran kordinasi dan kehilangan keseimbangan. Gangguan penglihatan akibat adanya lesi pada syaraf optik atau penghubungnya dapat mencakup penglihatan kabur, diplopia, kebutaan parsial (skotoma), dan kebutaan total. Kelemahan ekstremitas spastic dan kehilangan refleks abdomen akibat keterlibatan jasar motorik utama dari medulla spinalis. Kerusakan akson – akson sensori dapat menghasilkan disfungsi sensori. Masalah kognitif dan psikososial mencakup depresi, merupakan refleksi dari lobus frontal dan parietal yang terkena, jarang terjadi perubahan kognitif berat dengan demensia. Serangan pada serebelum atau basal ganglia dapat menyebabkan ataksia dan tumor. • Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi : • Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar. • Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy. • Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi. • Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas. • Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria. • Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia. • Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang, demensia. • Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks abdomen. • Dsb. G. Pemeriksaan diagnostik Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG). d CT Scan : gambaran atrofi serebral d MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan. d Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius. d Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitif. H. Penatalaksanaan Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul Farmakoterapi : a. Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan konduksi saraf. b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron. c. Baklofen sebagai antispasmodic Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk mencegah kerusakan lenih lanjut. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot 2. Penatalaksanaan Medis A. Farmakoterapi Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebagai anti radang yang dapat meningkatkan konduksi syaraf. Karena mekanisme imun merupakan faktor patogenesis SM, maka sejumlah agen farmakologik dicoba untuk modulasi respon imun dan menurunkan kecepatan perkembangan penyakit dan serangan yang sering serta menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat – obat ini mencakup azatioprint, siklofasmit, dan interferon. B. Defekasi dan berkemih Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih pada kebanyakan masalah solid pasien umumnya gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi kategori : - Ketidak mampuan untuk menyimpan urine - Ketidak mampuan mengosongkan kandung kemih - Campuran ke dua tipe. Kateterisasi sendiri intermitten efektif digunakan untuk disfungsi kandung kemih. Infeksi salurankemih sering terjadi akibat disfungsi neurologik. Asam askorbat dapat diberikan mengasamkan urine, yang membuat bakteri kurang mungkin untuk tumbuh. Antibiotic diberikan bila dibutuhkan.

mm:



0 comments:

Post a Comment

Blog Dian Alm II © 2008. Template by: Infonetmu