BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh
remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan
masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan
emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud
dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa
lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun
trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya
merasa rendah diri, dan sebagainya.
Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin
meningkat terutama di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kurangnya
bimbingan dan perhatian dari orang tua.
Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di
televisi dengan perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak
1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS
yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, pertunjukan, musik, dan
majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang sangat
mengejutkan. Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan
seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2
kali lebih tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi
seks dari media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar
nikah di Amerika Serikat sepuluh kali lipat lebih tinggi dibanding
negara-negara industri maju lainnya, hingga penyakit menular seksual (PMS) kini
menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan
pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat
pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang
muncul tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan
dan bebas dari resiko (kehamilan atau tertular penyakit kelamin). Parahnya
lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat
informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman
sebaya mereka juga sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya
mengadopsi begitu saja norma-norma sosial "tak nyata" yang sengaja
dibuat oleh media. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics, serta sebagian
dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut
belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks
remaja. Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin
kita tak perlu menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan
penting dalam pembentukan norma seksual di kalangan remaja.
B. Sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja
1. Keluarga
Yang paling rentan ini Ketika orang tua otoriter, maka yang kita sebut
sebagai kenakalan remaja akan muncul dalam artian ingin memberontak. Sementara
kalo ortu permisif, remaja malah akan mencari-cari perhatian dengan segala
tingkah lakunya yang kemungkinan besar menjurus ke kenakalan remaja. Bahkan
orang tua yang demokratis sekalipun, Helda saja sebagai remaja ngga bisa
menjamin akan menggunakan kebebasan namun bertanggung jawab dari paham
demokratis ini. Karena…
2. Pergaulan
Pergaulan remaja. Tekanan teman
bahkan sahabat,
apakah itu yang namanya rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian,
benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh remaja.
Kalo di dalam keluarga, remaja memberontak atau mencari perhatian yang
menjurus ke tindakan kenakalan remaja demi orang tua.
Nah ini, malah ke kebutuhan yang lain. Teman, sabahat dan diterima dalam
pergaulan yang merupakan suatu kebutuhan.
3. Remaja Itu Sendiri
Pada hakikatnya apa yang dilakuin oleh seorang remaja ketika mencoba
menarik perhatian dari ortu terlebih lagi teman, adalah untuk memuaskan diri
remaja itu sendiri. Memuaskan di sini bukan hanya dalam arti negatif aja yah. Namun, demi memuaskan
obsesinya itu - sering malah ‘keterlaluan’ dan ‘berlebihan’
Bukankah apa pun yang terjadi kalo memang remaja tersebut punya ‘hati
yang besar’ menyadari bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan ‘perhatian itu’, pasti dia bisa untuk tidak
terperosok ke dalam jurang kenakalan remaja.
Postingan ini hanyalah
pelengkap untuk postingan berikutnya. Tadi kan kita sudah bahas mengenai kenakalan
remaja, yang udah disebutin bahwa keluarga itu berperan penting. Helda pikir rata-rata
remaja sekarang hidup dalam keluarga berantakan atau broken home, orang tuanya sering
bertengkar, dan bahkan bercerai. Masih ingat dengan artikel
blog remaja “Penyebab Kasus Perceraian Keluarga
Penyebab Utama
·
Ortu Sering Bertengkar, Bagaimana Remaja
Bersikap?
·
Orang
Tua Bercerai
·
Aku
Bangga Jadi Remaja dari Keluarga Broken Home!
·
dll
C. Cara mengatasi Kenakalan Remaja
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan
gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya
harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus
diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan
sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan
orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup
lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin
mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak
gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini,
disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak
membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang
ada.
D. Pengaruh kenakalan Remaja
1. Pada Musik
Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat
mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien).
Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang
kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang
mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki
irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring".
Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik
dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan
pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari
ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak,
pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada
otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang
hingga 80 % dengan musik.
"Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3
bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony", demikian kata Ev. Andreas
Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme
mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling
nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa
dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang
tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung
lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan
memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu
mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah
mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur.
Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah
sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para
pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia.
Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor,
selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk
kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang
membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia
mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik
bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan
harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh
musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama
diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras
suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan
tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan
lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi
perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu
rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker
lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak
di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang
sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi
kehidupan manusia.
Salah satu dampak krisis moneter adalah bertambahnya kebutuhan yang tidak
dapat terpenuhi karena semakin mahalnya harga-harga. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut salah satu caranya adalah menambah penghasilan keluarga...akhirnya
kalau biasanya hanya ayah yang bekerja sekarang ibupun ikut bekerja.
Ibu yang ikut bekerja mempunyai banyak pilihan. Ada ibu yang memilih bekerja di rumah dan ada
ibu yang memilih bekerja di luar rumah. Jika ibu memilih bekerja di luar rumah
maka ibu harus pandai-pandai mengatur waktu untuk keluarga karena pada
hakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama yaitu mengatur urusan rumah tangga
termasuk mengawasi, mengatur dan membimbing anak-anak. Apalagi jika ibu
mempunyai anak yang masih kecil atau balita maka seorang ibu harus tahu betul
bagaimana mengatur waktu dengan bijaksana. Seorang anak usia 0-5 tahun masih
sangat tergantung dengan ibunya. Karena anak usia 0-5 tahun belum dapat
melakukan tugas pribadinya seperti makan, mandi, belajar, dan sebagainya.
Mereka masih perlu bantuan dari orang tua dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
tersebut. Bila anak itu dititipkan pada seorang pembantu maka orang tua atau
khususnya ibu harus tahu betul bahwa pembantu tersebut mampu membimbing dan
membantu anak-anak dalam melakukan pekerjaannya. Kalau pembantu ternyata tidak
dapat melakukannya maka anak-anak yang akan menderita kerugian.
3. Memahami Post-Power Syndrome pada
Orang yang Dicintai
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup
dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,
ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi kepada ayah Rudi,
beliau mengalami post-power syndrome. Beliau selalu ingin mengungkapkan betapa
beliau begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang
luar biasa (menurutnya).
Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-power
syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang
menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan
yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus
berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.
Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah
lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang
berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati
yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu
menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus
mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko
terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
4. Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi
diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer
yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang
dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang
post-power syndrome.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan
kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-power
syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan
baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang
memiliki konflik emosi.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu
penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami
dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya mencari nafkah,
ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara dingin.
Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun tidak
sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah mengejek dan
selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan mengolok-oloknya.
Post-power syndrome menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.
Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase
ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome
adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome
menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih
parah.
Psikolog dari Universitas Massachusetts ,
Amerika Serikat, Robert S. Feldman menemukan adanya hubungan antara kebohongan
dan popularitas di kalangan pelajar (anak muda). Penelitian yang dilakukan
Robert S. Feldman ini dimuat dalam edisi terbaru Journal of Nonverbal Behavior.
Kegiatan itu direkam dalam bentuk video dan diedit secara seimbang
menjadi bagian-bagian tertentu. Kepada 48 orang mahasiswa diperlihatkan rekaman
ke-64 kegiatan tes itu untuk mengevaluasi efektifitas para pelajar
mengekspresikan reaksi mereka saat mencicipi minuman yang disajikan dalam tes.
Hasilnya ternyata bertentangan dengan tes minum yang dilakukan, umur, jenis
kelamin para pelajar yang dites, dan kemampuan sosialisasi seperti yang
dikatakan orang tua pra pelajar yang menjalani tes.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja adolesen lebih mampu melakukan
kebohongan dibandingkan dengan remaja yang lebih muda. Remaja putri juga
didapati lebih bisa melakukan kebohongan dibanding remaja pria. Pada semua
tingkatan usia dan jenis kelamin, mereka yang memiliki kemampuan sosialisasi
yang lebih tinggi ternyata lebih berpotesial untuk menjadi pembohong besar.
Saat berbohong, mereka lebih mampu mengendalikan ekspresi wajah, gerakan tubuh,
intonasi suara, serta kontak mata. Sedangkan mereka yang kurang bagus kemampuan
sosialisasinya, mengalami banyak kesulitan dalam mengontrol perilakunya saat
berbohong.
"Penelitian ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak realistis jika
kita selalu berharap bahwa manusia akan selalu berkata jujur. Sebenarnya kita
tidak ingin menerima kenyataan ini. Anak-anak pada usia muda berpikir untuk
selalu bersopan santun dan berkata manis dalam segala situasi, meskipun
sebenarnya yang mereka katakan bukanlah suatu kejujuran yang sebenarnya. Dengan
begitu, mereka dapat diterima dengan baik oleh lingkungannya, semakin mendapat
tempat, dan semakin populer", demikian kata Feldman.
Apa sebenarnya yang disebut hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif
sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada
perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention
Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan
hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang
anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
a. Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari
kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu.
Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah
sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
b. Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana
kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan
menimbulkan suara berisik.
c. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk
mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak
untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari
gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk
menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau
buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa
untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas
adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif
masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan,
dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul
setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
a. Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan
baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi
pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin
cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara
yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru
akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa
anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika.
Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang
secara umum tidak sebaik anak biasa
b. Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah
cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik
(gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan
sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi,
sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak
hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering
dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang
tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik,
bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi
ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi
stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi
lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep
diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak
mampu, dan ditolak.
c. Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian
membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif
cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara
secara tepat.
d. Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang
anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun
pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga
beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan
sebagainya.
E. Berikut ini adalah
faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor neurologik
·
Insiden
hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu
faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang
terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif
·
Terjadinya
perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi
·
Beberapa
studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu,
kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan
saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga
terlihat pada anak kembar.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jelasnya bahwa pengertian lingkungan hidup itu sendiri adalah merupakan sebagai
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahkluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain, dengan disertai pengelolaan
lingkungan hidup sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Dengan
berkaitan terhadap ruang Lingkup Lingkungan Hidup yang terdiri dari Pendekatan
Intrumental dan Pendekatan Alam
DAFTAR
PUSTAKA
Republik Indonesia ,
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997.
Republik Indonesia , Peraturan Pemerintah
No.51 Tahun 1993.
Peraturan Pelaksanaan No. 51 Tahun 1993.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42
Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
KEPMEN LH No. 54 Tahun 1995 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu/Multisektor
dan Regional.
KEPKA BAPEDAL No. 056 Tahun 1994 tentang
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
KEPMEN LH No. 55 Tahun 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Regional.
KEPMEN LH No. 57 Tahun 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha
atau Kegiatan Terpadu/Mulsektoral.
KEPMEN LH No. 39Tahun 1996 tentang Jenis
Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
PP. No. 51 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya.
PP. No. 12 Tahun 199 tentang Perubahan PP 19 Tahun 1994 tentang Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
0 comments:
Post a Comment