BAB II
PEMBAHASAN
1. . Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap
perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan
kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya
dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu
sekitar usia 20 tahun.
Dunia
remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini
berbagai permasalahan dan pertanyaan berkecamuk dalam pikiran mereka. Mereka
mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang mengganggu benak mereka, namun
tidak mendapatkan jawabannya. Para remaja
merasa malu untuk melemparkan pertanyaan itu kepada orang tuanya. Mereka juga
mencari jawaban yang memuaskan dari para guru mereka di sekolah, tetapi tidak
mendapatkannya.
Maka para remaja itu mengajukan pertanyaan
kepada orang yang salah yang digunakan sebagai rujukan. Orang tersebut biasanya
merupakan teman di sekolah atau kawan yang tidak mengerti masalah agama dan
kurang menguasai problematika agama.
Hal
yang demikian menjadikan faktor munculnya keyakinan-keyakinan salah yang
tertanam dalam diri ereka dan menyangkanya berasal dari agama. Padahal agama
bebas dari persangkaan tersebut. Para remaja
ini menganggap bahwa yang halal adalah haram, dan yang haram adalah halal.
Mereka mencampuradukkan antara kandungan agama dan sesuatu yang termasuk adat,
kebiasaan, atau tradisi.
Materi dalam buku ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang penting seputar kehidupan remaja dan lingkungan
mereka, dari para pelajar sekolah dan mahasiswa universitas di negara Mesir.
Penulis buku ini, Syeikh Athiyyah Shaqr, adalah mantan ketua tim fatwa di Al
Azhar dan anggota tim riset Islam. Beliau adalah seorang da’i terkenal yang
menghabiskan umurnya yang panjang dalam bidang fatwa. Beliau terkenal dalam bidang
ini dengan ketelitian dan kecermatan. Syeikh Athiyyah Shaqr membahas dan
mempelajari terlebih dahulu masalah yang ditanyakan sebelum menjawabnya. Oleh
karena itu, jawaban yang beliau berikan merupakan jawaban yang cukup
representatif dan memuaskan. Waluapun fatwa keagamaan yang dijawab merupakan
problematika dari kehidupan remaja di Mesir, bobot buku ini tetap aktual untuk
menjawab permasalahan remaja di Indonesia ,
khususnya remaja muslim.
B. Pandangan Teoritis tentang Remaja
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja
bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan
yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap
perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik
terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada
benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar
ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu
dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi
tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian
(fluktuatif).
C . Pertumbuhan Fisik Remaja
Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik
(tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan
istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian
perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja
putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18
tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri
hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar
usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada
masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3
inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya
(Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987). Seperti halnya tinggi badan,
pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat
badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah
dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih
berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra
menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada
remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 %
(Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam
tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya.
Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang
lalu, remaja USA
dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar
12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada
usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki
mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14
tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari
meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik.
Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan,
serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
1. Pubertas
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan
perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung,
1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer
dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya
reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus,
tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi
pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum,
testes, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan
produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini
ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet
dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada
buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin
dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon
adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan
melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes)
mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam pematangan
seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan
ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh
hypothalamus yang berada di atas batang otak.
2. Dampak Pertumbuhan Fisik terhadap Kondisi
Psikologis Remaja
Pertumbuhan fisik yang sangat pesat pada masa
remaja awal ternyata berdampak pada kondisi psikologis remaja, baik putri
maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll. adalah perasaan yang umumnya muncul
pada saat itu. Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta
penampilannya. Perubahan fisik dan perhatian remaja berpengaruh pada citra
jasmani (body image) dan kepercayaan dirinya (self-esteem).
3. Masalah Kesehatan pada Remaja
Remaja merupakan usia paling sehat dibanding
kanak-kanak dan dewasa karena sedikitnya penyakit yang dialami kelompok usia
ini. Akan tetapi, remaja memiliki resiko kesehatan paling tinggi karena faktor
kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan
perilaku hidup sehat yang buruk
2. Dunia remaja
Dunia
remaja adalah dunia yang unik nan keberadaannya senantiasa menjadi bahan
perbincangan umum. Dalam rentang kehidupan, masa kinilah yang paling mencrang.
Karena sekarang mereka hidup di tengah perkembangan fisik dan psikis yang
sangat cepat. Rona kehidupan mereka laksana kota metropolis yang penuh warna-warni.
Akan
tetapi perlu kita sadari bahwa remaja adalah sosok yang labil, mudah
terombang-ambing. Fisik mereka memang kelihatan dewasa, namun bila ditinjau
dari segi psikis, mereka belum dewasa, belum mampu bertanggung jawab. Kita bisa
saksikan sendiri, bagaimana kecenderungan mereka terhadap berbagai hal yang
terus berubah. Mulai dari mode pakaian, rambut hingga sepatu. Kalau kita tanya
alasan mereka mengikuti tren tertentu, jawabannya sangat instan. Asal-asalan
dan tidak bertanggung jawab. Kebanyakan hanya menjawab demi gengsi saja,
ikut-ikutan temen, ingin disebut modern, gaul dan lain-lain, nyaris tidak ada
satupun jawaban yang bermuara pada asas manfaat.
Pola
pikir instan seperti inilah yang dibentuk oleh media global. Mereka terus
menerus diberi mimpi, harus beginilah harus begitulah, harus ini-itu, dsb.
Segala produk dicoba dengan harapan mimpinya tercapai yaitu ingin tampak
seperti artis pujaannya. Padahal, kalau mau jujur, mereka hanya pura-pura
memberikan tips-tips kesempurnaan tubuh, yang hakikatnya adalah bisnis semata
dan didasarkan atas UUD.
Alhasil,
remaja modern kini tengah berada di dunia kepura-puraan. Ironisnya, mereka
percaya pada kepura-puraan itu. Saban hari mereka disuguhi 99% tontonan tipi
yang berisi kepura-puraan bahkan kebohongan dan gosip yang justru membodohi
bukannya mendidik. Acara-acara tipi seperti film-film berlabel VHS,
sinetron-sinetron atau gosiptainment yang mereka pergoki tiap hari menyuguhkan
berbagai kepura-puraan yang sangat ironi. Mereka semuanya menawarkan gaya hidup glamour, mewah
dan pergaulan bebas sebebas-bebasnya. Sebuah idiologi tandingan ditengah
masyarakat yang mayoritas agamis. Ironisnya lagi, tayangan tersebut laku keras
di pasaran alias paling disukai penonton dan bintang utamanya pun tak ayal
dijadikan panutan sekalipun tanpa alasan yang jelas. Begitu pula iklan-iklan
yang menawarkan penyembuhan tuntas dan gaya
hidup ‘wah’ dengan klip yang bebas moral, juga sarat kepura-puraan.
Di
dunia kepura-puraan tidak mengenal istilah percaya atau tidak, yang ada adalah
hanya kesenangan semu. Pemirsa “dipaksa” percaya pada berbagai tayangan hingga
terkadang harus mengaduk-aduk emosinya sendiri bahkan sampai terbawa ke alam
mimpi. Tak heran jika para remaja tergiur oleh dunia kepura-puraan, bermimpi
mendambakan tubuh seperti model dalam iklan dan film. Bahkan jika ada
keajaiban, remaja menginginkan persis seperti mereka. Itulah dunia
kepura-puraan.
Dampaknya
pun bukan main, berbagai tindak kriminal berupa free sex, aborsi dan kekerasan
di dunia remaja hakekatnya ‘didikan’ dari dunia kepura-puraan. Contohnya pun
banyak, anak belasan tahun kini sudah bisa punya anak berkat gelar MBA, tawuran
antar kampus yang nekat berperang sampai mampus, geng motor maniak yang bengis
dengan galak dan sadis meneror warga, dll. Tindakan kriminal seperti KKN pun
terjadi di jajaran elit dan penguasa, yang hakikatnya implikasi dari dunia
kepura-puraan juga. Mengapa tidak, bukankah sinetron dan film-film itu selalu
menawarkan enaknya kehidupan mewah? Maka, jalan pintas menuju kemewahan itu tak
lain melalui KKN.
Walhasil,
kebobrokan mental berserakan dimana-mana, kelaparan merajalela, jurang antara
si kaya dan si miskin semakin lebar. Praktek korupsi, merampok, tawuran,
membunuh, perkosaan, seks bebas, dan lain-lain bukan lagi suatu aib, semuanya
dianggap biasa-biasa saja bahkan mungkin dianggap hanya hiburan belaka.
Pantas
jika Neil Postman dalam bukunya “Amusing Ourselves to Death“, menulis bahwa
saat ini orang tengah menghibur diri terus sampai mati! Hal itu dikarenakan
format tipi ditujukan untuk hiburan semata dan bukan untuk sarana pendidikan.
Oleh
karena itu, bagi diri remaja sendiri, hendaknya bisa berpikir dewasa, kritis
dan bermental baja. Remaja masa kini harus memiliki kesadaran nurani yang
tinggi, tidak begitu saja mengekor atau mencontoh segala yang ditayangkan media
massa terutama
tipi. Mengingat, kekaguman terhadap tokoh dunia kepura-puraan secara
berlebihan, bukan saja memancing frustasi, tetapi juga membentuk sikap mental
minder, merasa tidak puas terhadap apa yang dimiliki, baik kecantikan, pakaian
atau tubuh. Sikap ini akan menimbulkan pola hidup konsumeris dan serba
kekurangan.
Memang
ada saat-saat dimana kehidupan kita semua ketika merasa berada di bawah dan
mengalami saat-saat singkat yang penuh dengan keraguan. Alasan mengapa begitu
banyak orang yang merasa dirinya rendah baik tentang kehidupan, penampilan,
keahlian maupun kemampuannya adalah karena kita menghabiskan terlalu banyak
waktu untuk membandingkan diri kita dengan para pahlawan dari dunia
kepura-puraan tipi.
Maka, jangan
biarkan setiap detik berlalu tanpa aktivitas positif. Masa depan akan semakin
sarat tantangan. Masa depan membutuhkan remaja-remaja kreatif yang siap
mengayuh perahu lebih cepat, berani menentang ombak dan siap berhadapan dengan
derasnya arus globalisasi zaman.
A. Perkembangan Psikologis Remaja
Secara
tradisional masa
remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Ciri perkembangan
psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi
tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja.
Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi
remaja.
Keadaan emosi
pada masa remaja
masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih
sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja
dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja
untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir
sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan
emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja.
Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat
penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Menurut
Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja
mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah
orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau
dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja,
terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat
dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
B. Ciri-Ciri Remaja
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode
yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan
dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode
pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat
dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi
waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode
perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi
dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan
akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa
mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang
menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung
berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi
takut.
f. Masa remaja adalah masa yang
tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna
merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan
dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa
dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan
kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir
atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan
obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku
ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,
kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan
dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
C. Tugas Perkembangan Remaja
2. Menjalin hubungan baru dengan
teman-teman sebaya baik sesama atau lawan jenis
3. Memperoleh kebebasan secara
emosional dari orang tuanya dan orang dewasa lainnya
4. Memperoleh kepastian dalam hal
kebebasan pengaturan ekonomis
5. Memilih dan mempersiapkan diri
ke arah suatu pekerjaan
6. Mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam
hidup sebagai warga negara yang terpuji
7. Menginginkan dan dapat
berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat
8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan
dan hidup berkeluarga
9. Menyusun nilai-nilai kata
hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan
yang memadai
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dunia
remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini
berbagai permasalahan dan pertanyaan berkecamuk dalam pikiran mereka. Mereka
mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang mengganggu benak mereka, namun
tidak mendapatkan jawabannya. Para remaja
merasa malu untuk melemparkan pertanyaan itu kepada orang tuanya. Mereka juga
mencari jawaban yang memuaskan dari para guru mereka di sekolah, tetapi tidak
mendapatkannya.
Maka para remaja itu mengajukan pertanyaan
kepada orang yang salah yang digunakan sebagai rujukan. Orang tersebut biasanya
merupakan teman di sekolah atau kawan yang tidak mengerti masalah agama dan
kurang menguasai problematika agama.
Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik
(tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan
istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian
perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150,
sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata
remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kekepatan
pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun,
sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum
ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja
putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert &
Hoffnung, 1987). Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga
meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi
daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik,
dan pola hidup.
DAFTAR PERPUSTAKA
1. Atkinson
& Atkinson. 1998. PEngantar
PSikologi, edisi kesebelas. Batam
:
Interaksara.
2. Crain,
William. 1992. Theories
of Development : Concept and Applications, third
edition. New
Jersey
:Prentice-Hall, Inc.
3. Hurlock,
Elizabeth. B. 1980. Developmental
Psychology A life-Span Approach,
fifth
edition. New Delhi :Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
4. Hall,
Lindzey & Campbell. 1998. Theories
of Personality, forthh edition. New
0 comments:
Post a Comment