BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja meliputi semua prilaku yang menyimpang dari norma-norma hokum pidana
yang dialukukan oleh remaja. Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri
dan orang-orang sekitarnya.
Kartono
(ilmuan sosiologi) mengemukakan bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa
Inggrisnya dikenal dengan isltilah Juvenule delinquency merupakan gejala
potologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial. Akibatnya, mengembangkan bentuk prilaku menyimpang.
Santrock
mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai prilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.
Indikator-indikator kenakalan remaja yang pernah diuji di beberapa Sekolah Menengah Umum (SMU) di Jakarta adalah meliputi 30 pertanyaan yang terbagi dalam 2(dua) tingkatan yaitu: (1) tingkatan kenakalan remaja umum yang meliputi 13 pernyataan seperti pulang sekolah larut malam, membaca buku porno, nonton film porno, tidak bayar SPP, menyontek, menganggu orang lewat, tidak mengerjakan PR, membolos, berkelahi dengan saudara, berbohong, memalsu tanda tangan, membuat guru marah, dan bertengkar, (2) tingkatan kenakalan remaja kriminal yang meliputi 17 pernyataan seperti perbuatan iseng negatif, terlibat pelacuran, membawa benda yang membahayakan,masuk dalam gang, tawuran, terlibat pencurian, merusak barang orang lain, menggunakan narkoba, minum minuman keras, berpesta pora semalaman, menyerang orang lain, menganiaya orang, hubungan sex di luar batas, bermabuk-mabukan, ditahan polisi, berjudi, dan menggunakan alat pencegah kehamilan. Berdasarkan uji keterkaitan internal (internal consistency) antar variabel diketahui bahwa reliability Alpha adalah 0.89 untuk tingkat kenakalan remaja umum dan 0.72 untuk tingkat kenakalan remaja kriminal (Mardiah, 1999).
Indikator-indikator kenakalan remaja yang pernah diuji di beberapa Sekolah Menengah Umum (SMU) di Jakarta adalah meliputi 30 pertanyaan yang terbagi dalam 2(dua) tingkatan yaitu: (1) tingkatan kenakalan remaja umum yang meliputi 13 pernyataan seperti pulang sekolah larut malam, membaca buku porno, nonton film porno, tidak bayar SPP, menyontek, menganggu orang lewat, tidak mengerjakan PR, membolos, berkelahi dengan saudara, berbohong, memalsu tanda tangan, membuat guru marah, dan bertengkar, (2) tingkatan kenakalan remaja kriminal yang meliputi 17 pernyataan seperti perbuatan iseng negatif, terlibat pelacuran, membawa benda yang membahayakan,masuk dalam gang, tawuran, terlibat pencurian, merusak barang orang lain, menggunakan narkoba, minum minuman keras, berpesta pora semalaman, menyerang orang lain, menganiaya orang, hubungan sex di luar batas, bermabuk-mabukan, ditahan polisi, berjudi, dan menggunakan alat pencegah kehamilan. Berdasarkan uji keterkaitan internal (internal consistency) antar variabel diketahui bahwa reliability Alpha adalah 0.89 untuk tingkat kenakalan remaja umum dan 0.72 untuk tingkat kenakalan remaja kriminal (Mardiah, 1999).
Berbagai macam faktor yang
berpengaruh pada kenakalan remaja, yaitu faktor keluarga (seperti kedekatan
hubungan orang tua – anak, gaya pengasuhan orang tua, pola disiplin orang tua,
serta pola komunikasi dalam keluarga) dan faktor lain di luar keluarga (
seperti hubungan dengan kelompok bermain atau ‘peer group’, ketersediaan
berbagai sarana seperti gedung bioskop, diskotik, tempat-tempat hiburan,
televisi, VCD, internet, akses kepada obat-obat terlarang dan buku-buku porno
serta minuman beralkohol) (Gunarsa dan Gunarsa, 1995).
Hampir sama dengan argumen sebelumnya, dinyatakan bahwa
perilaku antisosial remaja yang meliputi kenakalan dan kekerasan remaja
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: pola asuh orang tua yang cenderung
kasar/keras, tekanan ekonomi keluarga yang tinggi, rendahnya dukungan dan
dorongan dari orangtua, dan tingginya keeratan hubungan dengan teman bermain
yang juga nakal. Lebih detil lagi juga
diungkapkan bahwa perilaku dan perasaan jahat/kasar juga dipengaruhi oleh
tindakan ayahnya yang kasar dan/ atau tindakan ibunya yang kasar. Selanjutnya dijelaskan bahwa variabel
kualitas pola asuh baik ayah maupun ibu merupakan variabel penengah (mediator)
dari hubungan antara struktur keluarga dan perilaku kenakalan remaja (Conger
dan Elder (1996); Simon, 1996).
Faktor struktur keluarga
juga berpengaruh terhadap kenakalan remaja.
Diketahui bahwa keluarga dengan orang tua cerai mempunyai resiko
kenakalan remaja yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang orang
tuanya tidak harmonis. Disamping itu
juga dihasilkan bukti yang kuat adanya perbedaan gender dalam perilaku
kenakalan remaja yang menunjukkan bahwa remaja pria cenderung lebih nakal
dibandingkan dengan remaja wanita.
Ditambahkan pula adanya bukti dari studi longitudinal bahwa ada
kesinambungan dalam perilaku kenakalan dimana perilaku nakal dapat berlangsung
antar generasi (Simon, 1996).
B. Jenis Jenis Kenakalan Remaja
Berikut ini
terdapat beberapa jenis kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :
1)
Penyalahgunaan Narkotika
Fungsi
utama narkotika dalam segi medis adalah sebagai analgetik untuk mengurangi rasa
sakit dan penenang yang hanya digunakan dirumah sakit untuk orang yang
mendirita sakit beraty (misalkan kangker) dengan rekomendasi dokter atau
diberikan kepada orang-orang yang akan menjalani operasi. Disamping itu,
narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang
indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbul efek halusinasi inilah yang
menyebabkan sekelompok masyarakat terutama kalangan remaja ingin menggunakan
narkotika meskipun tidak sedang menderita sakit. Hal itulah yang mengakibatkan
penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya penggunaan narkotika yang tidak sesuai
dengan peraturan adanya adiksi atau ketergantungan.
Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehingga penderita kehilangan control terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium, morfin, alcohol, kokain, ganja atau mariyuana, kafein, LSD (Lasergic Adid Diethy Lamide) dan tembakau.
Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehingga penderita kehilangan control terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium, morfin, alcohol, kokain, ganja atau mariyuana, kafein, LSD (Lasergic Adid Diethy Lamide) dan tembakau.
2) Perilaku
Seksual di Luar Nikah
Perilaku
seksual diluar nikah terjadi sebagai akabat masuknya kebudayaan barat barat.
Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan
nilai-nilai sosial pada masyarakat Indonesia . Masuknya paham Children
Of God (COG) sangat bertentangan dnegan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pada dasarnya COG merupakan Free Sex (seks bebas) merupakan kebebasan hubungan
seksual di luar nikah. Hubungan seksual di luar nikah menurut agama adalah dosa
besar
3)
Perkelahian Pelajar
Perkelahian
antar pelajar dapat merusaka dan memperlemah persatuan dan kesatuan para
pelajar dan merusak nilai-nilai sosial. Peranan organisasi pelajar, seperti
OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), dan Pramuka sangat penting di dalam
pembentukan sikap dan tingkah laku para pelajar. Melalui organisasi pelajar
kite kembangkan kreativitas dan efektifitas kaum pelajar. Apabila terjadi
masalah, selesaikan dengan musyawarah atau jalur hokum, jangan menggunakan
kekuatan fisik. Disamping contoh yang diekemukakan di atas , mash banyak bentuk
kenakalan remaja. Misalnya kebut-kebutan, minum-minuman keras, bolos ekolah,
membunuh, berbohong, keluyuran, mencuri, dan aksi coret-coret di tembok atau
pagar
C. Hal-Hal
Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja dapat ditimbulkan oleh bebera hal, sebagai sebagian diantaranya:
1. Krisis identitas
Perubahan
biologis dan sosiologis diri remaja memungkinkan terjadinya dua benytuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainnya identitas peran. Kenalakan remaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol
diri yang lemah
Remaja yang
tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan
tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan control diri untuk bertingkahlaku sesuai dengan pengetahuannya.
3. Keluar
Percerian
orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
anntar anggota keluarga bisa memicu perilaku negataif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab
kenakalan remaja.
4. Teman sebaya yang kurang baik
Pengaruh
teman sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk, apabila dibungkus
dengan segunpal daun, maka daun itupan akan berbau busuk, sedangkan bila
sebatang kayu cendana di bungkus dengan selembar kertas, kertas itupun akan
wangi baunya. Perumpamaan ini merupakan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan
dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja berhati-hati dan
bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak
bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak
sesuai, anak dikemudian hari akan banyak masalah bagi dirinya sendiri dan orang
tuanya.
5. Pendidikan
Memberikan
pendidikan yang sesuai dengan anak adalah merupakan salah satu tugas orang tua
kepada anak, maka pilihkan lah sekolah yang bermutu. Namun, masih sering
terjadi dalam masyarakat, orang tua memaksanakan kehendaknya, agar di masa
depan anaknya memilih fropesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua.
Pemaksaan ini justru kan
berakhir dengan kekecewaan, sebab, meski memang sebagian anak yang berhasil
mengikuti kehendak orang tua tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang
berhasil dan kemudain kecewa, frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama
sekali. Mereka mudah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa
mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat
terlarang.
6.
Penggunaan waktu luang
Kegiatan di
masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha
menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan.
Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada sisi remaja akan
timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan.
Apabila bentuk kegiatan itu positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah.
Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negative maka lingkungan akan tergangu.
Seringkali perbuatan negative ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan
iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja
untuk menarik perhatian lingkungannya, perhatian yang diharapkan dapat berasal
dari orang tuanya maupun teman seperjuangannya.
Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebaginya.
Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebaginya.
7.
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
D. Cara-Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
1. Kegagalan
menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa
diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan
baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap
ini.
2. Kemauan
orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.
3. Kehidupan
beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian
sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka
akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi
keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun
akan melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.
4. Untuik
menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan
kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja.
Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun
mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan
pula. Sebab dengan memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi
waktu anak “Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih
untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk
mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman
yang baik.
5. Orang
tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai
dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak
ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya
bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi
adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.
6. Mengisi
waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain membutuhkan
materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh
karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan
keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan
berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain
sebagainya. Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke
hati, misalnya makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga.
Kegiatan keluarha ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
7. Remaja
hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi
arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.
8. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi pendidikan merupaka suatu cabang ilmu pengetahuan
(dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak-anak
mulai dari keluarga, masa sekolah, sampai dewasa serta kondisi-kondisi sosio
kulturil yang terdapat di dalam masyarakat dan negaranya. Namun, pada kenyataannya
berjalan dengan mulus, masih ada saja terjadi perilaku-perilaku salah satunya
adalah kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua prilaku menyimpang dari norma sosial, norma hokum, norma kelompok dan merugikan dirinya sendiri serta mengganggu ketrentaman masyarakat. Misalnya, penyalahgunaan Narkotika, prilaku seksual di luar nikah, perkelahian pelajar, kebut-kebutan, minum-minuman keras, membolos sekolah, berbohong, membunuh, keluyuran, mencuri, dan aksi corat-coret di tembok atau pagar dan lain sebaginya.
Kenakalan remaja meliputi semua prilaku menyimpang dari norma sosial, norma hokum, norma kelompok dan merugikan dirinya sendiri serta mengganggu ketrentaman masyarakat. Misalnya, penyalahgunaan Narkotika, prilaku seksual di luar nikah, perkelahian pelajar, kebut-kebutan, minum-minuman keras, membolos sekolah, berbohong, membunuh, keluyuran, mencuri, dan aksi corat-coret di tembok atau pagar dan lain sebaginya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi munculnya kenakalan remaja
diantaranya adalah adanya waktu luang yang diisi, dengan kegiatan yang kurang
kurang positif, pemilihan teman sebaya yang kurang baik, kurang nyaman dalam
menjalani pendidikan kurangnya keberfungsian sosial keluarga dan lingkungan tempat
tinggal yang kurang baik. Untuk itu
waktu luang hendaknya digunakan untuk berkumpul bersama seluruh anggota
keluarga dan mengadakan kegiatan keluarga guna mengeratkan kasih sayang, remaja
harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi
arahan denga siap dan di komunitas mana remaja harus bergaul, orang tua
hendaknya memberikan kebijaksanaan terhadap anak untuk memilih pendidikan
sesuai dengan kesenangan dan bakatnya dan orang tua harus berusaha memenuhi
kebutuhan anak secara maksimal baik itu materi, perhatian, kasih sayang,
pendidikan agama dan pendidikan moral.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningsih, N.
1999. Persepsi Remaja Terhadap
Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja SMU di
Jakarta Pusat. Skripsi
S1. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor .
Pulungan, W. 1993. Pola
Asuh Orangtua dengan Kecenderungan Tingkah Laku Pro-Sosial pada Remaja. Thesis yang tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi UI, Jakarta.
Simon, R.I. 1996. Understanding Differences
Between Divorced and Intact Families. Sage
Publications.
Willis, S. 1994. Problema
Remaja dan Pemecahannya. Penerbit Angkasa, Bandung .
Drs. H. Abu
Ahmadi. (2004). SOSIOLOGI PENDIDIKAN Jakarta :
Rineka Cipta
Drs.
Kuswanto, M.M. Bambang Siswanto, S.H. (2003). SOSIOLOGI
Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
0 comments:
Post a Comment