Friday, November 2, 2012

Makalah Gejala Kenakalan Siswa Remaja


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua prilaku yang menyimpang dari norma-norma hokum pidana yang dialukukan oleh remaja. Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.

Kartono (ilmuan sosiologi) mengemukakan bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan isltilah Juvenule delinquency merupakan gejala potologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mengembangkan bentuk prilaku menyimpang.
Santrock mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai prilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

Indikator-indikator kenakalan remaja yang pernah diuji di beberapa Sekolah Menengah Umum (SMU) di Jakarta adalah meliputi 30 pertanyaan yang terbagi dalam 2(dua) tingkatan yaitu: (1) tingkatan kenakalan remaja umum yang meliputi 13 pernyataan seperti pulang sekolah larut malam, membaca buku porno, nonton film porno, tidak bayar SPP, menyontek, menganggu orang lewat, tidak mengerjakan PR, membolos, berkelahi dengan saudara, berbohong, memalsu tanda tangan, membuat guru marah, dan bertengkar, (2) tingkatan kenakalan remaja kriminal yang meliputi 17 pernyataan seperti perbuatan iseng negatif, terlibat pelacuran, membawa benda yang membahayakan,masuk dalam gang, tawuran, terlibat pencurian, merusak barang orang lain, menggunakan narkoba, minum minuman keras, berpesta pora semalaman, menyerang orang lain, menganiaya orang, hubungan sex di luar batas, bermabuk-mabukan, ditahan polisi, berjudi, dan menggunakan alat pencegah kehamilan.  Berdasarkan uji keterkaitan internal (internal consistency) antar variabel diketahui bahwa reliability Alpha adalah 0.89 untuk tingkat kenakalan remaja umum dan 0.72 untuk tingkat kenakalan remaja kriminal (Mardiah, 1999).

            Berbagai macam faktor yang berpengaruh pada kenakalan remaja, yaitu faktor keluarga (seperti kedekatan hubungan orang tua – anak, gaya pengasuhan orang tua, pola disiplin orang tua, serta pola komunikasi dalam keluarga) dan faktor lain di luar keluarga ( seperti hubungan dengan kelompok bermain atau ‘peer group’, ketersediaan berbagai sarana seperti gedung bioskop, diskotik, tempat-tempat hiburan, televisi, VCD, internet, akses kepada obat-obat terlarang dan buku-buku porno serta minuman beralkohol) (Gunarsa dan Gunarsa, 1995). 

Hampir sama dengan argumen sebelumnya, dinyatakan bahwa perilaku antisosial remaja yang meliputi kenakalan dan kekerasan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: pola asuh orang tua yang cenderung kasar/keras, tekanan ekonomi keluarga yang tinggi, rendahnya dukungan dan dorongan dari orangtua, dan tingginya keeratan hubungan dengan teman bermain yang juga nakal.  Lebih detil lagi juga diungkapkan bahwa perilaku dan perasaan jahat/kasar juga dipengaruhi oleh tindakan ayahnya yang kasar dan/ atau tindakan ibunya yang kasar.  Selanjutnya dijelaskan bahwa variabel kualitas pola asuh baik ayah maupun ibu merupakan variabel penengah (mediator) dari hubungan antara struktur keluarga dan perilaku kenakalan remaja (Conger dan Elder (1996); Simon, 1996).

            Faktor struktur keluarga juga berpengaruh terhadap kenakalan remaja.  Diketahui bahwa keluarga dengan orang tua cerai mempunyai resiko kenakalan remaja yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang orang tuanya tidak harmonis.  Disamping itu juga dihasilkan bukti yang kuat adanya perbedaan gender dalam perilaku kenakalan remaja yang menunjukkan bahwa remaja pria cenderung lebih nakal dibandingkan dengan remaja wanita.  Ditambahkan pula adanya bukti dari studi longitudinal bahwa ada kesinambungan dalam perilaku kenakalan dimana perilaku nakal dapat berlangsung antar generasi (Simon, 1996).


B.  Jenis Jenis Kenakalan Remaja
Berikut ini terdapat beberapa jenis kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :

1) Penyalahgunaan Narkotika
Fungsi utama narkotika dalam segi medis adalah sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan dirumah sakit untuk orang yang mendirita sakit beraty (misalkan kangker) dengan rekomendasi dokter atau diberikan kepada orang-orang yang akan menjalani operasi. Disamping itu, narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbul efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat terutama kalangan remaja ingin menggunakan narkotika meskipun tidak sedang menderita sakit. Hal itulah yang mengakibatkan penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya penggunaan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan adanya adiksi atau ketergantungan.
Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehingga penderita kehilangan control terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium, morfin, alcohol, kokain, ganja atau mariyuana, kafein, LSD (Lasergic Adid Diethy Lamide) dan tembakau.

2) Perilaku Seksual di Luar Nikah
Perilaku seksual diluar nikah terjadi sebagai akabat masuknya kebudayaan barat barat. Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial pada masyarakat Indonesia. Masuknya paham Children Of God (COG) sangat bertentangan dnegan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya COG merupakan Free Sex (seks bebas) merupakan kebebasan hubungan seksual di luar nikah. Hubungan seksual di luar nikah menurut agama adalah dosa besar

3) Perkelahian Pelajar
Perkelahian antar pelajar dapat merusaka dan memperlemah persatuan dan kesatuan para pelajar dan merusak nilai-nilai sosial. Peranan organisasi pelajar, seperti OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), dan Pramuka sangat penting di dalam pembentukan sikap dan tingkah laku para pelajar. Melalui organisasi pelajar kite kembangkan kreativitas dan efektifitas kaum pelajar. Apabila terjadi masalah, selesaikan dengan musyawarah atau jalur hokum, jangan menggunakan kekuatan fisik. Disamping contoh yang diekemukakan di atas , mash banyak bentuk kenakalan remaja. Misalnya kebut-kebutan, minum-minuman keras, bolos ekolah, membunuh, berbohong, keluyuran, mencuri, dan aksi coret-coret di tembok atau pagar

C. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh bebera hal, sebagai sebagian diantaranya:

1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis diri remaja memungkinkan terjadinya dua benytuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainnya identitas peran. Kenalakan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkahlaku sesuai dengan pengetahuannya.

3. Keluar
Percerian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan anntar anggota keluarga bisa memicu perilaku negataif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab kenakalan remaja.

4. Teman sebaya yang kurang baik
Pengaruh teman sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk, apabila dibungkus dengan segunpal daun, maka daun itupan akan berbau busuk, sedangkan bila sebatang kayu cendana di bungkus dengan selembar kertas, kertas itupun akan wangi baunya. Perumpamaan ini merupakan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak dikemudian hari akan banyak masalah bagi dirinya sendiri dan orang tuanya.

5. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai dengan anak adalah merupakan salah satu tugas orang tua kepada anak, maka pilihkan lah sekolah yang bermutu. Namun, masih sering terjadi dalam masyarakat, orang tua memaksanakan kehendaknya, agar di masa depan anaknya memilih fropesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua. Pemaksaan ini justru kan berakhir dengan kekecewaan, sebab, meski memang sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tua tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudain kecewa, frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka mudah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

6. Penggunaan waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada sisi remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila bentuk kegiatan itu positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negative maka lingkungan akan tergangu. Seringkali perbuatan negative ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya, perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orang tuanya maupun teman seperjuangannya.
Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebaginya.

7. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik


D.  Cara-Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :

1.      Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2.      Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.

3.      Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.

4.      Untuik menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak “Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman yang baik.

5.      Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.

6.      Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain sebagainya. Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke hati, misalnya makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Kegiatan keluarha ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.

7.      Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.

8.      Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi pendidikan merupaka suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah, sampai dewasa serta kondisi-kondisi sosio kulturil yang terdapat di dalam masyarakat dan negaranya. Namun, pada kenyataannya berjalan dengan mulus, masih ada saja terjadi perilaku-perilaku salah satunya adalah kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua prilaku menyimpang dari norma sosial, norma hokum, norma kelompok dan merugikan dirinya sendiri serta mengganggu ketrentaman masyarakat. Misalnya, penyalahgunaan Narkotika, prilaku seksual di luar nikah, perkelahian pelajar, kebut-kebutan, minum-minuman keras, membolos sekolah, berbohong, membunuh, keluyuran, mencuri, dan aksi corat-coret di tembok atau pagar dan lain sebaginya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi munculnya kenakalan remaja diantaranya adalah adanya waktu luang yang diisi, dengan kegiatan yang kurang kurang positif, pemilihan teman sebaya yang kurang baik, kurang nyaman dalam menjalani pendidikan kurangnya keberfungsian sosial keluarga dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.  Untuk itu waktu luang hendaknya digunakan untuk berkumpul bersama seluruh anggota keluarga dan mengadakan kegiatan keluarga guna mengeratkan kasih sayang, remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan denga siap dan di komunitas mana remaja harus bergaul, orang tua hendaknya memberikan kebijaksanaan terhadap anak untuk memilih pendidikan sesuai dengan kesenangan dan bakatnya dan orang tua harus berusaha memenuhi kebutuhan anak secara maksimal baik itu materi, perhatian, kasih sayang, pendidikan agama dan pendidikan moral.



DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, N.  1999.  Persepsi Remaja Terhadap Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Hubungannya Dengan Kenakalan Remaja SMU di Jakarta PusatSkripsi S1.  Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.  Institut Pertanian Bogor.


Pulungan, W.  1993.  Pola Asuh Orangtua dengan Kecenderungan Tingkah Laku Pro-Sosial pada Remaja.  Thesis yang tidak dipublikasikan.  Fakultas Psikologi UI, Jakarta.

Simon, R.I.  1996.  Understanding Differences Between Divorced and Intact Families.  Sage Publications.

Willis, S.  1994.  Problema Remaja dan PemecahannyaPenerbit Angkasa, Bandung.

Drs. H. Abu Ahmadi. (2004). SOSIOLOGI PENDIDIKAN Jakarta: Rineka Cipta

Drs. Kuswanto, M.M. Bambang Siswanto, S.H. (2003). SOSIOLOGI
Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri


mm:



0 comments:

Post a Comment

Blog Dian Alm II © 2008. Template by: Infonetmu